Mewujudkan Kemandirian Pangan dalam Menunjang Kesejahteraan

Dalam agenda Diskusi Publik dan Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Kerjasama (FKK) di Universitas Kristen Satya Wacana, HIMAGRO ikut andil memberikan 2 orang sebagai delegasi dalam acara ini. Diskusi publik kali ini bertemakan “Peran generasi muda dalam meningkatkan bidang pertanian guna mewujudkan kemandirian ketahanan pangan pada kondisi yang dinamis”. Pembahasan yang disampaikan pada acara ini terfokus pada ketahanan pangan dan juga kewirausahaan.

Materi pertama yang disampaikan oleh Zaenal Muflich tentang “Menumbuh kembangkan petani milenial dalam mendukung ketahanan pangan” berisikan tentang pandangan pada tahun 2030-2045 dimana pada tahun itu bisa menjadi tahun yang menguntungkan atau merugikan bagi bangsa Indonesia. Peran petani muda menjadi sangat penting demi menjaga ketahanan pangan yang semakin hari semakin menurun, sikap apatis pemuda saat ini yang memiliki pandangan bahwa pertanian tidak dapat menjanjikan dari segi ekonomi, hal ini merupakan permasalahan yang perlu dibenahi, karena ketidaktahuan pemuda saat ini yang hanya mengetahui bahwa pertanian adalah pekerjaan yang kurang menjanjikan.

Jika dilihat secara mendalam, pertanian adalah salah satu aspek terpenting bagi kehidupan manusia, yang menjadi permasalahan saat ini banyak pemuda yang menganggap nilai jual produksi pertanian tidak menjanjikan. Jika pemuda sekarang mampu berpikir untuk bagaimana menaikkan harga, sangat mungkin untuk memperlihatkan bahwa hasil dari pertanian dapat tinggi, sebab hal paling pokok yang dibutuhkan manusia selain udara adalah makan. Oleh karena itu, peran petani muda sangat dibutuhkan untuk bagaimana mengelola hal tersebut ke arah yang lebih baik.

Kemudian materi kedua yang disampaikan oleh TO. Suprapto tentang “diversifikasi dan lokalisasi pangan”. Berisikan tentang kemandirian pangan indonesia yang belum bisa mencapai kedaulatan pangan. Karena dengan ketersediaan pangan yang ada kita belum bisa memaksimalkannya dengan baik, hal ini mengakibatkan munculnya peningkatan import. Munculnya perkara tersebut diakibatkan oleh kebutuhan dan kebergantungan masyarakat terhadap beras sehingga mengakibatkan ketidakcukupan pangan,dalam mengatasi hal tersebut muncul diversifikasi pangan dan lokalisasi pangan. Di Indonesia tidak hanya nasi yang menjadi sumber karbohidrat, terdapat banyak alternatif pangan seperti singkong, ubi, kentang, jagung, dan sebagainya. Namun saat ini kurangnya minat pangan lokal menjadi sebab dari naiknya permintaan beras. Oleh karena itu perlu adanya menciptakan upaya untuk varietas baru yang bisa bersaing dengan pangan luar Indonesia.

Kemudian materi ketiga yang disampaikan oleh Dr. Ir. Gembong Priyatmo Arbyantono tentang “Pengembangan dan Pengelolaan Food Estate untuk meningkatkan pangan dinamis”. Salah satu program utama Pemerintah adalah Food Estate yang berada di Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Program tersebut dirancang untuk mempersiapkan ketahanan pangan nasional dalam rangka merespon laporan Food and Agriculture Organization (FAO). Sedikitnya ada empat faktor latar belakang yang mendasari terbentuknya Food Estate diantaranya pertama terkait pangan secara dunia yang semakin menurun, kedua kebergantungan impor bahan pangan, ketiga luasnya ahli fungsi lahan dan keempat penyusutan lahan pertanian.

Ketahanan pangan nasional merupakan tujuan utama dari program Food Estate dalam pembangunan pertanian nasional yaitu menyediakan pangan untuk seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor. Food estate merupakan salah satu strategi kegiatan usaha tanaman yang dilakukan dengan konsep pertanian sebagai sistem industrial yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, modal, serta organisasi dan manajemen modern.

Saat ini petani jumlahnya sangat sedikit karena generasi muda enggan menjadi petani dikarenakan dalam bertani, petani masih menggunakan teknologi yang sederhana. Petani di Indonesia saat ini mayoritas usia lanjut yang lebih dari 60% lulusan sekolah dasar. Bagaimana menjalankan program tersebut jika kurangnya wawasan petani terkait pertanian modern dan kurangnya minat pemuda dalam memajukan pertanian Indonesia, padahal tanggung jawab suatu bangsa terletak pada pemudanya. Oleh karena itu perlu adanya pemberdayaan petani secara mandiri dan peran pemuda dalam membangun sektor pertanian Indonesia.

Selain membahas tentang permasalahan ketahanan pangan kita juga membahas tentang solusi dari permasalahan tersebut salah satunya yakni menjadi seorang wirausahawan. Kewirausahaan menjadi bagian yang sangat penting dalam hal pertanian. Untuk itu menjadi keharusan kita sebagai kaum muda untuk menggaungkan peran pertanian kepada berbagai kalangan terutama kaum muda millenial.

Kemudian materi keempat yang disampaikan oleh Ir. Cahyani Setiani, M.Si. tentang “permasalahan dan solusi dalam peningkatan kewirausahaan bidang pertanian guna mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan pada kondisi yang dinamis”. Beliau menyampaikan bahwasanya pada saat ini kita sedang dihadapkan kepada masa revolusi industri yang mana berdampak kepada pesatnya perkembangan teknologi. Hal tersebut dapat mendorong kaum muda untuk berbisnis dengan memadukan antara pertanian dengan perkembangan teknologi yang ada. Perpaduan antara pertanian dan teknologi dapat melahirkan inovasi-inovasi baru dari sesuatu yang tradisional menjadi sesuatu yang bernilai tinggi serta sudah diproduksinya sebuah teknologi tanpa membeli teknologi.

Terakhir, materi kelima yang disampaikan oleh Dr. rer. agr. Djeimy Kusnaman, M. Sc. Agr tentang “Cara wirausaha dalam bidang pertanian yang berdampak positif bagi petani maupun masyarakat luas”. Beliau menyampaikan dampak pandemi covid-19 membuat seluruh ekonomi dunia merosot salah satunya Indonesia. Seorang pebisnis selalu melihat kondisi sebagai peluang, sektor pertanian yang menjadi suatu peluang usaha yang menjanjikan di masa pandemi covid-19 karena permintaan hasil pertanian meningkat disebabkan kebutuhan konsumsi masyarakat di tengah pandemi meningkat dan semua orang ingin hidup sehat. Dalam berwirausaha ketika ada suatu produk yang berhasil pasti akan ditiru, oleh karena itu kita beranikan diri mencoba untuk berbeda dan harus menentukan keunikan atau daya tarik khusus dari suatu usaha yang kita lakukan sehingga mampu bersaing dan menarik minat pembeli.

Dalam lima tema yang dibahas dalam diskusi publik kali ini bisa ditarik kesimpulan bahwa sejatinya peran petani muda di Indonesia sangat diperlukan. Karena ditangan petani muda pertanian Indonesia bergantung, baik ketahanan pangan, kemandirian pangan, pengelolaan hasil pertanian, kewirausahaan pertanian, dan masih banyak lagi. Dengan begitu pertanian di indonesia akan lebih baik dan kesejahteraan petani akan tercipta dikemudian hari.

Tentang Penulis

Himagro UMY merupakan organisasi semi independen dan berhaluan non-politik praktis yang didirikan pada tanggal 29 April 1988

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *