Plastik biodegradable: apakah lebih baik untuk lingkungan?

Tahukah Anda bahwa sepotong roti akan rusak lebih cepat, mungkin hanya membutuhkan beberapa minggu, sementara sepotong plastik akan memakan waktu puluhan tahun atau lebih? Plastik pertama kali diciptakan oleh seorang ilmuwan asal Swedia pada 1959 yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan kantong kertas yang produksinya dapat berdampak buruk keberlangsungan alam. Saat ini, plastik merupakan bahan kemasan yang paling banyak dipakai untuk berbagai barang seperti peralatan makan, pembungkus barang, suku cadang kendaraan, elektronik, pulpen, dan banyak barang lainnya. Plastik diyakini sebagai kemasan yang efektif dan praktis sehingga banyak perusahaan yang menggunakan plastik sebagai kemasan. Oleh karena itu, sulit membayangkan kehidupan kita sehari-hari tanpa plastik. Namun, akibatnya limbah plastik yang menumpuk dapat menyebabkan polusi plastik. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan penggunaan kemasan semakin meningkat. Inovasi dan teknologi terbarukan muncul untuk mengatasi masalah plastik yang menumpuk dan berdampak buruk pada kesehatan lingkungan. Saat ini, banyak restoran yang menggunakan plastik biodegradable untuk peralatan makan atau kemasannya. Biodegradable plastic diyakini mampu terurai lebih cepat karena terbuat dari bahan-bahan alami. Dilabeli sebagai bioplastik yang diyakinkan sebagai produk ramah lingkungan ternyata tidak membuat plastik biodegradable sepenuhnya ramah lingkungan. Plastik biodegradable memiliki kerugian bagi lingkungan. Terdapat 3 alasan mengapa plastik biodegradable tidak akan menyelesaikan masalah plastik dunia. Plastik biodegradable perlu dibuang dengan metode yang sangat khusus, plastik biodegradable dapat menghasilkan metana di tempat pembuangan sampah, serta plastik biodegradable tidak dapat menyelesaikan masalah polusi laut.

Pertama, saya akan menjelaskan mengapa plastik biodegradable perlu dibuang dengan metode yang sangat khusus. Plastik biodegradable terbuat dari bahan-bahan alami seperti jagung, pati, kedelai, atau kentang. Namun, jenis plastik biodegradable ini memiliki karakteristik yang mirip dengan plastik berbasis petroleum yaitu terdapat kandungan bahan aditif yang membuat plastik biodegradable seperti plastik konvensional lainnya. Plastik biodegradable biasanya berakhir pada tempat daur ulang yang sama seperti plastik lainnya. Hal ini dapat menyebabkan kandungan aditif pada plastik biodegradable menjadi residu yang berdampak buruk bagi lingkungan. Maka dari itu, perlu diperhatikan tentang bagaimana pengolahan plastik biodegradable agar sesuai
dengan prosedur daur ulangnya.

Selanjutnya, saya akan menjelaskan bahwa plastik biodegradable dapat menghasilkan metana di tempat pembuangan sampah. Terkadang plastik biodegradable dibuang di tempat pembuangan sampah dan dicampur dengan plastik lain. Akibatnya, bahan tersebut dapat melepaskan gas metana yang diketahui 23 kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida yang berkontribusi terhadap efek rumah kaca. Selain itu, ketika metana terhirup, terutama dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan keracunan metana, yang berdampak pada masalah kesehatan seperti kehilangan kesadaran, pneumonitis (peradangan jaringan paru-paru), dan pusing.

Selain itu, plastik biodegradable tidak dapat menyelesaikan masalah polusi laut. Menurut United Nations Environment Program (UNEP) setidaknya terdapat 8 juta ton plastik berakhir di lautan dunia setiap tahun. Material yang terurai dalam proses daur ulang dapat terbawa oleh angin ke udara, sungai, ataupun laut, yang mungkin tidak dapat terurai secara hayati. Akibatnya, material tersebut dapat dicerna oleh biota laut dan bahkan dapat merusak ekosistem laut karena bahan aditif yang terkandung pada plastik biodegradable. Solusi terbaik untuk mengurangi penggunaan plastik adalah mengedukasi masyarakat tentang dampak plastik terhadap lingkungan dan menyelamatkan bumi. Selain itu, diperlukan solusi untuk mencegah plastik menjadi sampah sejak awal agar tidak terjadi tumpukan plastik dan menyebabkan polusi plastik.

Tentang Penulis

Himagro UMY merupakan organisasi semi independen dan berhaluan non-politik praktis yang didirikan pada tanggal 29 April 1988

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *